Pendidikan Agama Islam



PENDAIS

1. Pengertian Iman dan Iman kepada Rasul - Rasul Allah SWT
Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya.

Sedangkan menurut istilah , pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).

Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

sedangkan

Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.


2. Tanda - tanda beriman kepada Rasul - Rasul Allah SWT

1. Teguh Keimanannya Kepada Allah SWT
           Ketaatan kepada rasul adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh kita untuk taat kepada Allah swt, disertai ketaatan pada para rasul-NYA, antara lain dalam surah An Nisa: 59, Ali Imran: 32, Muhammad: 33.

2. Meyakini Kebenaran Yang Dibawa Para Rasul
           Kebenaran yang dibawa rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Qur’an maupun hadis-hadisnya. Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu ia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu. Mustahil ada orang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, apabila ia tidak yakin pada si pembawa.

Allah menjelaskan dalam surah Al-Baqarah: 285 yang artinya sebagai berikut :
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman jepada Allah, malikat-malaikat-NYA, kitab-kitab-NYA, dan rasul-rasul-NYA.” (QS Al-Baqarah:285).

3. Tidak Membeda-Bedakan Antara Rasul Yang Satu Dengan Yang Lain
           Seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt, seperti yang telah digambarkan Allah swt dalam surah Al-Baqarah: 285
“…kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun(dengan yang lain) dari rasul-rasul-NYA.”Dan mereka mengatakan:”kami dengar dan kami taat.”(Mereka berdo’a):”Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulahtempat kami kembali.”(QS.Al-aqarah:285).

4. Menjadikan Para Rasul Sebagai Uswatun Hasanah
           Sebelum menerima wahyu dari Allah swt rasul adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku bagi orang-orang di lingkungannya. Setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt. 

Dalam surah Al-Ahzab: 21 Allah swt menegaskan “sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri yauladan yang baik bagi kamu.”(QS. Al-Ahzab:21)


5. Meyakini Rasul-Rasul Allah SWT Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta
           Setiap rasul yang diutus Allah swt. Pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia.

Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa : ”Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.”(QS.Al-Anbiya:107)

6. Meyakini Nabi Muhammad saw SeBagai Nabi dan Rasul Terakhir
           Nabi Muhammad saw adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus Allah swt ke muka bumi ini, didasarkan kepada dalil-dalil naqli sbg berikut :

a. QS. Al-Ahzab: 40 yang artinya: ”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah mengetahui terhadap segala sesuatu.(QS. Al-Ahzab:40).
Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup para nabi).

b. Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik sbg berikut:
“Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku”.(HR.Ahmad bin Hambal)

c. Dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah sbg berikut:
“Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang membuat sebuah rumah; diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya :”Mengapa engkau belum memasang batu bata itu?” Nabipun berkata :” Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para nabi.” (HR. Bukhari)

d. Dalam hadis Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan sbg berikut :
“Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah.”(HR. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).

e. Al-Maidah ayat 3 yang artinya :
“Pada hari ini Ku sempurnakan untuk kamu agama kamu , dan telah Ku cukupkan nikmatKu, dan telah Ku ridhai Islam menjadi agama buat kamu.”

           Ayat diatas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam wahyu-NYA telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang menggambarkan ketidaksempurnaannya.

7. Mencintai Nabi Muhammad saw.
           Renungkan firman Allah swt dalam QS. At-Taubah:24 yang artinya sbg berikut :

“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan keruginnya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebihg kalian cintai daripada Allah dan rasulNYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-NYA.”Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.”(QS.At-Taubah:24)




3. Kisah Rasul yang termasuk Ulul Azmi 

Mereka yang memiliki sifat Ulil ’Azmi adalah Rasul-Rasul yang mempunyai keteguhan hati sangat mengagumkan, tabah luar biasa, sabar dan kesabarannya tidak terbatas, meskipum mereka mendapatkan berbagai macam celaan,hinaan, tantangan yang menyakitkan namun mereka tetap teguh, sabar, dan senantiasa bertwakal dalam menyampaikan ajarannya kepada manusia.

Dari 25 Rasul tersebut terdapat 5 Rasul yang mempunyai sifat Ulil ’Azmi diantara mereka ialah Rasulallah saw, nabi Ibrahim as, nabi Musa as, nabi Isa as dan nabi Nuh as, seperti yang telah disebut diatas.

1. Nabi Muhammad

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan Ismail bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 571M-632M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 610M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tinggal di Mekkah dan Madinah. Wafat di Madinah. Meninggalkan 7 orang anak. Rasulallah saw namanya disebutkan hanya 5 kali di dalam Al-Quran.

Beliau mendapat julukan ulul ’azmi karena sejak kecil sampai dewasa, Rasulallah saw selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman yang merawatnya sejak kecil. Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Rasulallah saw juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya. Dan masih banyak lagi kesabaran dan masa masa sulit yang dihadapi beliau dari mulai lahir sampai beliau wafat.

2- Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Beliau diperkirakan hidup tahun 1997-1822 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Beliau tinggal di Iraq. Beliau wafat di Al-Khalil, Hebron, Palestina. Nama beliau disebutkan sebanyak 69 kali dalam Al-Quran.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang mendapat gelar ulil ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Dari mulai bayi nabi Ibrahim sudah diasingkan ke dalam gua disebabkan karena perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk melepas istri dan anaknya yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru meningkat remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, tapi Allah akhirnya menggantikannya dengan seekor domba. selain itu ujian nabi Ibrahim as yang lain adalah membangun Ka’bah, dan menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

3- Nabi Musa

Musa bin Imran dri keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1527-1408 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Firaun Mesir dan Bani Israil di Mesir. Beliau wafat di Tanah Tih. Punya 2 anak.

Nabi Musa as adalah nabi yang paling banyak namanya disebutkan dalam al-Qur’an yaitu sebanyak 136 kali. Beliau termasuk nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi dalam menghadapi dan berda’wah kepada Firaun. Selain itu, dia juga nabi yang sabar dalam memimpin kaumnya yang selalu membangkang. Ketika Musa as akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala emas anak sapi. Harun as yang ditugasi mengganti tugas Musa as, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Dengan kesabaran nabi Musa yang hebat tapi beliau pernah tidak bersabar ketika berguru kepada nabi Khidir as .

4- Nabi Isa

Isa bin Maryam binti Imran dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 1SM-32M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 29M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Beliau juga tidak wafat melainkan diangkat ke sisi Allah. Nabi Isa as Disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran.

Beliau adalah nabi yang mendapat julukan ulul ’azmi karena banyak memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika nabi Isa as sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan muridnya, menghadapi fitnah, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan nabi Isa as menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

5- Nabi Nuh

Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam. Diperkirakan hidup pada tahun 3993-3043 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 3650 SM. Diperkirakan beliau tinggal di wilayah yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4 anak laki-laki. Nama Nuh disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Qu’ran.

Nabi Nuh as mendapat julukan ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh as digelari sebagai ulul ’azmi karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali ke jalan yang lurus. Usianya hampir 1000 tahun dan jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an tidak mempercayai ajaran yang dibawanya dan menjadi musuhnya. Atas kehendak Allah umat nabi Nuh as yang membangkang ditenggelamkan dengan tsunami yang dahsyat dan semuanya mati, kecuali nabi Nuh as dan pengikutnya yang beriman.














Soal 5 nomer :

1.     Sebutkan fungsi beriman kepada rasul – rasul Allah SWT ?
Jawab :
Beriman kepada rasul berfungsi sebagai berikut.
1.    Untuk lebih mengenal dan mempercayai Rabb (Tuhan) yang menciptakan seluruh makhluk.      
2.    Meyakini bahwa kita hanya patut menyembah kepada-Nya serta mempercayai kebenaran ajaran yang dibawa oleh rasul-Nya.
3.     Mengikuti dan meneladani perilaku rasul dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita akan mendapatkan rahmat dari Allah swt. sebagaimana firman-Nya.

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al Anbiya: 107).

4.    Agar manusia lebih mengenal hakikat dirinya bahwa manusia diciptakan Allah adalah untuk mengabdi dan menyembah kepada Allah swt.

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Az Zariyat: 56).

5.    Rasul mengajarkan kepada manusia untuk tidak saling berselisih, mendengki, membenci, bermusuhan, dan berbuat kerusakan, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia maupun alam semesta.
6.    Allah mengutus para nabi dan rasul untuk meneruskan perjuangan untuk melestarikan aturan-aturan Allah di setiap zaman demi kebaikan manusia itu sendiri.

2.     Sebutkan 4 sifat wajib yang dimiliki Rasul – Rasul Allah swt.?
Jawab :
Para rasul memiliki empat sifat wajib :
1.    Siddik (benar)
2.    Amanah (dapat dipercaya).
3.    Fatanah (cerdas).
4.    Tablig (menyampaikan).

3.     Coba jelaskan apa yang di maksud dengan Ulul Azmi !
Jawab :
Secara etimologi, kata ulul ‘azmi terdiri dua suku kata “ulu” dan “al-azm”, ulu adalah kata khusus yang menunjukkan arti jama’ yang tidak ada asal kata mufradnya, sedang bila digunakan untuk mufrad menggunakan kata dzu yang berarti “memiliki”, baik makhluk yang berakal maupun tidak.
Sedangkan kata “al-azm” adalah kata kerja bentuk lampau (fi’l madi) dari bentuk mashdar darikata al-’azm. Kata itu dengan segala bentuk konjungsi (tashrif) di dalam al-Quran disebut sembilan kali, yang tiga kali dalam bentuk kata kerja lampau, satu kali dalam bentuk masa kini dan mendatang, (fi’il mudhari), dan lima kali dalam bentuk kata dasar. Tiga ayat diantaranya tergolong ayat-ayat makkiyah, dan sisanya adalah madaniyah.
Makna dasar al-’azm adalah al-qath’u wa ash sharimah = Putusan atau ketegasan. Selain makna denotasi, kata itu juga memiliki makna konotasi, yaitu ‘aqd al-qalbi ‘ala imdha’ al-amr = keyakinan atau keteguhan hati untuk melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Ibnu ‘Abbas mengatakan al-’azm juga berarti al-hazm = kokoh dan tegar. Sedangkan Adhahhak memasukkan kata “agung” dan “penting” dan “sabar” sebagai salah satu arti al-’azm.

4.     Apa hikma dari kisah para Nabi Ulul Azmi?
Jawab :
Dari kisah-kisah tersebut dapat kiranya kita ambil hikmah yang dapat kita petik antara lain :
1.     Para rasul ulul ‘ azmi adalah orang-orangyang sangat sabar tabah menerima segala godaan dan cobaan , seberat apapun cobaan dan godaan itu. Sifat sabar dan tabah ini hendaklah kita jadikan pegangan dalam menjalin kehidupan kita untuk memperoleh ketenangan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
2.    Para rasul ulul ‘ azmi adalah orang yang ikhlas menjalankan perintah Allah SWT. Sifat ikhlas perlu kita teladani karena dengan keikhlasan, pekerjaan apapun seberat apapun tidaklah terasa sebagai suatu beban.
3.    Para rasul ulul ‘ azmi adalah orang tekun, tak kenal menyerah dan tak kenal putus asa. Walaupun telah sekian lama berdakwah mnyeru umatnya ke jalan Allah, tetapi hanya sedikit yang mengikuti, mereka tidak berhenti berdakwah jika cara yang satu tidak memperoleh hasil maka dicoba dengan yang lain.
4.    Para rasul ulul ‘ azmi adalah terkenal memiliki sifat pemaaf, bahkan mereka bedoa agar orang-orang yang telah menyakiti mereka diberi petunjuk oleh Allah SWT.

5.     Jelaskan perbedaan antara Nabi dan Rasul ?
Jawab :
Perbedaan Nabi dan Rasul.

1. Rasul adalah utusan yang membawa syariat baru sedangkan nabi adalah utusan yang bertugas untuk menyebarkan syariat sebelumnya dan berdakwah mengajarkannya.
2. Rasul adalah nabi yang memiliki kitab suci, sedangkan nabi biasa tidak memilikinya.
3. Rasul pasti diperintahkan untuk menyebarkan wahyu yang diturunkan kepadanya, sedangkan nabi terkadang diperintahkan untuk menyebarkannya dan terkadang tidak.






Comments